Translate

Monday 7 September 2015

Dua Perempuan






Aprila R. A. Wayar boleh jadi adalah novelis satu-satunya dari Tanah Papua saat ini. “Dua Perempuan” adalah kisah cinta yang sesungguhnya merupakan pembungkus tipis untuk keprihatinan Aprila mengenai negeri Papua yang dicintainya. Di sini anda akan dapat baca mengenai keseluruhan peristiwa penting dalam sejarah Papua modern, dari Trikora pada 1961 sampai Bentrokan Abepura Berdarah pada 2006. Anda juga akan berjumpa dengan sekian tokoh dari Theys Hiyo Eluays sampai Arnold Clemens Ap, bahkan novelis Asmat berdarah Jawa, Dewi Linggarsari. Tapi yang paling penting, anda akan berjumpa dengan Patriarkhi. Suara Aprila adalah suara segar dari Indonesia Timur. Saya tak sabar menantikan 
karya-karyanya di masa mendatang. 
(Debra Yatim, Novelis)

Dua Perempuan adalah sebuah novel yang unik, khas dan penuh dengan pesan-pesan politik tentang kekerasan, masalah kemanusiaan dan juga hak-hak dasar orang asli Papua. Hidup yang penuh dengan ketidakadilan, kejahatan terhadap kemanusiaan, peminggiran dan pemiskinan atau ketidakberdayaan orang asli Papua menuju transformasi dan pembebasan seutuhnya. Kisah ini diangkat oleh penulis menjadi cerita yang sangat menakjubkan dalam novel yang layak dibaca oleh semua orang. Penulis adalah satu-satunya perempuan Papua yang memiliki talenta dan mampu menggiring pembaca masuk dalam pergumulannya untuk mengenang peristiwa yang sadis dan memilukan. Aprila, ko boleh! Maju terus, tulis terus! 
(Pater John Djonga Pr, Penerima Penghargaan Yap Tian Hiem 2009)

Aprila Wayar satu-satunya penulis novel asal Papua saat ini pantas disebut Mutiara Hitam. Mutiara hitam yang saat ini terletak pada wadah yang tepat dan benar sehingga kilauannya terpancar dan dilihat semua orang. Mutiara Hitam melalui novel Dua Perempuan dengan gaya bahasa popular mampu mengajak pembaca masuk pada relung-relung kisah kasih asmara dan kehidupan sosial yang kelam dari suatu kubangan masa dan waktu tertentu. Novel ini layak dibaca oleh semua kalangan. 
Sukses April. Kakak dukung selalu.. 
(Septer Manufandu, anggota Jaringan Damai Papua)

No comments:

Post a Comment